Published 15.23 by

pornografi di lingkungan anak dan dampaknya

dear bro and sist

dari beberapa sumber yang beredar, pornografi di kalangan anak di bawah umur semakin memperihatinkan, berbagai akses dapat dengan mudah dilihat oleh anak-anak. Tampaknya kurangnya perhatian masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya sangatlah kurang dalam mengawasi kegiatan yang tak lazim dilakukan oleh anak-anak.


"anak adalah titipan tuhan, jagalah mereka dengan penuh kasih sayang karena ini adalah amanat dari tuhan yang diberikan kepada kita (orang tua, keluarga)"
pepatah ini nampaknya sudah dipatahkan oleh era globalisasi, era reformasi mengubah gaya hidup di kalangan masyarakat yang sibuk dengan kegiatannya dan mengabaikan tanggung jawabnya.

di era ini masyarakat cenderung menganggap hal yang tak seharusnya tak ditayangkan, atau tak layak di rasa oleh anak-anak adalah hal sepele, terutama tayangan di stasiun-stasiun televisi yang memperlihatkan adegan yang kurang pantas rasanya, situs-situs (agak,menjurus ke pornografi) di internet yang tidak di filter oleh server pribumi, dan kebebasan pada media cetak (buku,komik,majalah,koran) yang seharusnya untuk orang dewasa dapat dilihat oleh anak-anak.

pada umumnya anak-anak adalah, mausia yang sedang tumbuh secara fisik dan mentalnya, mereka cenderung belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk. jika pada saat masa pertumbuhan (saat ini kita membicarakan pertumbuhan mental anak)  mereka sudah diracuni oleh hal-hal yang kurang pantas. apapun yang mereka rasa akan segera di cerna oleh anak tersebut, rasa keingintahuan yang besar adalah faktor pendorong terjadinya tindakan krimial oleh sang anak.

banyak terjadi tindakan pencabulan di kalangan anak, banyak tidakan kekurang ajaran terhadap orang lain yang di lakukan sang anak. yang dikarenakan hat di atas tadi, jika sudah begini anak itupun akan berkarakter sesuai apa yang ia dapat sebelumnya.

survei yang saat ini terdata sangat fantastis. banyak kalangan di antara SMP-SMA yang pada pengambilan sample mengaku "sudah" melakukannya. sungguh mengejutkan bukan?.

sebagai orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitar hendaknya:

pada orang tua/kandung


1. Mempunyai waktu dengan anak.
Are u a weekend parent? Anak di ikutkan les sana-sini. Pertanyaan orang tua ke anak hanya tentang les mu gimana nak? Nilaimu berapa nak? Kamu ga bolos kan?Kamu biasa ngerjain ujian kan hari ini?---> Anak2 menjadi anak yg BLASTED (Boring-->Lazzy--> Stress!)

2. Mengajarkan agama & penerapannya?
---> Eksport! Merasa cukup menyekolahkan anak2 di sekolah berbasis agama. Anak disuruh les ngaji/agama. Penerapan? NOL BESAR!!!.... Menyuruh anak sholat tepat waktu, ortu? Bolong2 sholatnya? Ortu berbaju tertutup, anaknya maen ke mall hanya memakai rok mini/tanktop? Anak disuruh les ngaji? Ortunya ngaji aja ga bisa!!!! dsb..dsbb..

3. Target pengasuhan:
UMUM, kurang teguh pada prinsip---> hanyut dalam TREND. Temen anak di sekolah pada punya IPOD, Anak buru2 dibelikan---> malu dibilang ga trendy? Malu anak punyanya HP jadul yg cuma bisa sms/telp?--> dibelikan BB palg mutakhir...

4. Tanggap Teknologi & Gagap Teknologi (Gaptek)
Ortu bisanya memfasilitasi, tapi nol besar dengan pengetahuan mengenai perangkat yg dibelikan buat anak-anaknya. Buktinya: baca sms alay aja ga bisa!...gimana mo ngawasin anak?
Note dr pembicara: Jadi orangtua, harus "GAUL" dan PINTER !!! siapa biang jadi orangtua itu gampang?

5. Memberikan anak perangkat teknologi, tidak tahu akibat negatifnya, tanpa penjelasan dan tanpa persyaratan.
Note dr pembicara:
Orang Tua sekarang adalah Generasi ORTU yang ABAI...Generasi ORTU
PINGSAN!! Yang penting anak sekolah,les, diam di rumah didepan Komputer, Games, HP, Televisi ---> Yakin, Anak anda AMAN????

6. Berkomunikasi yang baik dan benar : tidak memahami perasaan anak & remaja.

kepada masyarakat sekitar :


-tegur bila menemukan anak kecil sedang melihat hal yang tak senonoh di media cetak dan elektronik

-untuk yang punya warnet dan para penjaganya, buat login khusus untuk akses situs-situs berkonten dewasa

-benarkanlah jika si anak bicara yang tidak-tidak


-menasehati dengan pendekatan moral anak, jangan menasehati dengan membentak atau hal yang si anak menjadi merasa tertekan


-menjaga pengaruh buruk yang terjadi pada lingkungan, yang mana pada orang dewasa jika melakukan kegiatan yang tidak semestinya dilihat oleh anak janganlah di lingkungan terbuka.

semoga dengan memperbaiki dan menerapkan pola ber sosial sehat dapat mengurangi atau bahkan mentiadakan akses konten dewasa pada anak usia dini
sehingga krisis mental di kalangan anak berkurang, membentuk karakter harus di awali oleh sesuatu yang normal sehingga si anak dapat ber karakter normal kelak. semoga kita selalu dalam lindungan-Nya agar kita mampu membimbing pembentukan karakter.

salam,

rahadiana nugraha